“Banyak orang yang diberi tanggung jawab dan bersedia menerimanya, namun hanya akan ada sedikit yang bertahan dengan tanggung jawab tersebut sampai selesai”
Jika kita perhatikan sebuah kompetisi marathon, tentu peserta di
garis start akan sangat banyak. Kemudian secara perlahan-lahan akan berkurang
dan tersisa para calon juara dari lari marathon tersebut. Bukan karena memang
sedikit peserta, tapi hanya sedikit dari peserta yang telah mendaftarkan diri
sebagai peserta menyelesaikan perlombaan yang mereka ikuti.
Ketika sekelompok orang diberi pekerjaan pun, ada yang gugur dan
menyerah sebelum selesai, ada yang sekedar menyelesaikan dan ada yang
menyelesaikan dengan kualitas terbaik mereka.
Sungguh hasil yang berbeda dan harus dipercaya bahwa tidak semua
orang akan menerima tanggung jawab mereka sampai menyelesaikannya. Sebagian
orang bersemangat untuk memiliki tanggung jawab. Bersemangat di awal proses,
lalu melempem seperti kerupuk yang berada di luar kaleng. Kehilangan semangat
lalu tidak menyelesaikan tanggung jawab mereka. Padahal mereka sendiri yang
menentukan ingin bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan.
Berbagai macam alasan muncul saat tidak berhasil menyelesaikan
tanggung jawab mereka. Mulai dari situasi yang tidak mendukung, orang-orang
yang tidak menyukai mereka bahkan adanya ketidakcocokan apa yang ditawarkan
dengan apa yang mereka inginkan. Biasanya muncul perasaan tidak senang lagi
menjalankan pekerjaan karena sudah tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Seorang karyawan mundur dari tanggungjawab mereka sebagai
karyawan yang harus bekerja karena bos yang berubah. Mereka mengerjakan
pekerjaan mereka dengan sembarangan, tidak menghormati atasan, berbicara kasar
terhadap rekan kerja, bersikap reaktif terhadap hal-hal yang tidak
menyenangkan. Mereka memiliki emosional yang tidak terkontrol. Mereka tidak
lagi merasa bertanggung jawab dengan pekerjaan dan tempat mereka bekerja.
Ketika ide mereka ditolak atau ditegur oleh atasan mereka,
mereka menjadi seperti telur yang di masukkan di dalam air mendidih. Mereka
menjadi orang yang sangat keras dan kasar. Menolak setiap masukan dari atasan
dan seolah-olah diri merekalah yang benar. Akhirnya mereka merasa tidak
dihargai dan ingin bertukar pikiran dan ide dengan atasan langsung. Mereka
membicarakan atasan mereka di belakang dan berusaha mencari pembenaran diri
sendiri atas apa yang telah mereka lakukan.
Pekerjaan belum selesai. Mereka lebih memilih mundur dari
pekerjaan dan mencari pekerjaan baru. Jika di tanya mengapa mereka mundur dari
pekerjaan, mereka akan menjawab bahwa suasana pekerjaan sudah tidak
menyenangkan. Atasan yang sekarang di bisa diajak bekerja sama dan ide-ide tidak
diterima. Atasan sekarang mneolak masukan dari bawahanya. Semua alasan berasal
dari penilaian mereka terhadap sikap atasan. Mereka tidak menilai bagaimana
diri mereka selama proses tersebut.
Begitu pula jika suasana pekerjaan di ubah sesuai dengan tuntutan
proses bisnis perusahaan. Ada beberapa peraturan yang diubah untuk mendukung
kemajuan perusahaan. Namun perubahan tersebut tidak menyenangkan di awal
proses. Keluhan dan penolakan muncul ke permukaan. Kondisi ini dijadikan alasan
untuk meninggalkan tanggung jawab mereka sebelum selesai.
Sepasang pemuda dan pemudi yang memutuskan untuk menjalin
hubungan mereka ke dalam ikatan kudus pernikahan bisa meninggalkan tanggung
jawab mereka dalam keegoisan. Mereka mau mengambil tanggung jawab untuk menjadi
suami dan seorang istri bagi pasangan masing-masing. Perempuan menjadi istri
dan laki-laki menjadi suami. Inilah tanggung jawab baru mereka.
Semua bersukacita saat menerima tanggung jawab itu. Apakah
mereka bisa menyelesaikan tanggung jawab mereka? Tidak semua dari pasangan
menyelesaikan tanggung jawab pernikahan mereka. Sebagian berjuang keras
mempertahankan tanggung jawab pernikahan mereka sebagai istri atau suami,
sebagian lagi dalam keegoisan mundur dari tanggung jawab mereka dengan
mengambil langkah cerai ataupun berpisah dengan pasangan tanpa status yang
jelas.
Pasangan yang menyelesaikan tanggung jawab mereka sampai selesai
adalah mereka yang mempertahankan janji pernikahan mereka dengan teguh. Sakit
ataupun sehat, kaya ataupun miskin, susah ataupun senang. Saat tertawa ataupun
bertengkar karena selisih pendapat. Dalam kondisi terberatpun mereka tetap
bersama dan tidak memisahkan diri. Tanggung jawab mereka bukan untuk bercerai.
Tanggung jawab mereka mempetahankan janji pernikahan kudus mereka. Mempertahankan
tanggung jawab mereka dalam ikatan pernikahan sampai maut memisahkan mereka.
Pasangan yang tidak bertanggung jawab akan meninggalkan tanggung
jawab mereka dalam sekejap mata. Saat terjadi perselisihan pendapat, mereka
bertengkar lalu pergi ke pengadilan negeri untuk bercerai. Saat istri tidak
memberikan keturunan bagi rumah tangga mereka, suami pergi mencari istri baru.
Bagitu juga jika terjadi sebaliknya suami yang mandul. Istri pergi mencari
laki-laki lain. Saat suami tidak bisa memberikan nafkah bagi keluarga, istri
hanya diam di rumah lalu marah saat suami tidak memberikan uang. Istri pergi
mencari laki-laki lain yang lebih kaya. Suami pun melakukan hal yang sama, saat
istri tidak lagi secantik waktu masih muda, suami pergi mencari daun muda untuk
dijadikan istri simpanan.
Hubungan mereka adalah tanggung jawab mereka. Mereka tidak
menyelesaikan tanggung jawab mereka dengan baik sampai kesudahannya. Mereka
telah meninggalkan tanggung jawab mereka demi diri mereka sendiri. Saat
pasangan sakit, mereka bukan merawat, mereka malah pergi jalan-jalan dan
memarahi pasangan yang sakit.
Teringat
kutipan kata-kata dalam dalam film Fire Proof demikian, “ Dalam kondisi apapun, jangan
tinggalkan teman satu tim anda”.
Bertahan dalam tanggung jawab adalah menyelesaikan tugas dan
tanggung jawba kita sampai selesai. Bukan karena kita memutuskan atas dasar
keinginan diri kita. Bukan juga memutuskan atas dasar suka atau tidak suka,
senang atau tidak menyenangkan. Bertahan dengan tanggung jawab kita sampai
kesudahannya adalah menyelesaikan kompetisi kita sampai di garis finish dengan
hasil yang memuaskan dan dapat dibanggakan. Memiliki tanggung jawab itu mudah,
tapi mempertahankan dan menyelesaikannya dengan baik hanya sedikit orang yang
mampu. Ketika mampu menyelesaikan satu tanggung jawab yang kecil menurut orang
lain, yakinlah tanggung jawab besar telah menanti anda. Tanggung jawab kecil
yang anda selesaikan membuka jalan bagi tanggung jawab yang lebih besar. Sudah
siapkah diri anda menyelesaikan tanggung jawab yang lebih besar?
SOCIALIZE IT →