“All assignment are eventually delegated to the person who understands them the least
Dogbert’s Theory”
Sebagai atasan seringkali memberikan sebuah tugas kepada bawahan
untuk diselesaikan. Meminta bantuan bawahan menyelesaikan data-data yang kita
butuhkan untuk dilaporkan dalam meeting besar. Tak jarang pula, sebagai atasan
menyerahkan sebuah pelaksanaan program kerja kepada bawahan yang dikemas
sebagai proyek selama beberapa bulan. Namun, menerima hasil yang tidak sesuai
harapan. Mereka menerima hasil yang tidak sesuai dengan target yang sudah
dirancang. Mereka merasa tidak puas dengan hasil yang ditampilkan oleh karyawan
anda dalam bentuk laporan.
Sementara, di sisi lain karyawan merasa sudah mengerjakan tugas
yang atasan berikan. Mereka telah bekerja keras menyelesaikan tugas itu. Mereka
juga rela bekerja lembur dan menghabiskan banyak waktu mereka demi pekerjaan
tambahan yang diberikan oleh atasan mereka. Bukan karena mereka mengerjakan,
tapi mereka menghabiskan waktu dan tenaga mereka karena mereka bingung
bagaimana harus mengerjakan perintah atasan mereka. Mereka menghabiskan waktu
berjam-jam hanya membahas konsep yang belum jelas. Mereka juga mencoba ini itu
agar disukai oleh atasan. Mereka sebenarnya bingung bagaimana perintah atasan
itu harus dikerjakan. Mereka bingung seperti apa hasil yang diharapkan oleh
atasan. Dan mereka juga tidak tahu apa sebenarnya target dari pekerjaan yang
mereka terima dan harus dikerjakan segera.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada yang salah dan tidak ada
yang benar. Keduanya benar dan keduanya salah. Sebagai atasan, mereka
memberikan tugas tapi tidak jelas. Sama seperti seorang tuan yang meminta
pembantunya mendirikan sebuah rumah. Rumah apa yang ingin dibangun? Berapa luas
tanah yang harus dibangun di atas tanah tersebut? Rumah berapa lantai yang akan
dibangun? Atap apa yang akan digunakan? Masih banyak hal yang belum jelas. Ini
membuat arsitektur dan pemborong bangunan tidak bisa mengerjakan pembangunan
segera. Mereka bingung harus membangun rumah seperti apa.
Karyawan pun menerima tugas seperti kontraktor pembangunan rumah
tersebut. Setelah menerima perintah untuk membangun, tapi begitu banyak yang
tidak jelas. Sehingga mereka belum bisa membangun dan masih membutuhkan jawaban
atas berbagai pertanyaan yang membuat mereka bingung. Mereka tidak bisa mulai
membangun dengan informasi yang belum jelas. Kalaupun mereka mulai membangun,
mereka hanya akan membangun sesuai dengan pengertian mereka dan perkiraan
mereka sendiri. Bukan sesuai dengan perintah dan target yang diharapkan.
Hubungan atasan dan bawahan pun juga seperti itu. Ketika atasan
tidak bisa mengomunikasikan dengan jelas target dari pekerjaan yang mereka
delegasikan, karyawan yang menerima tugas hanya akan mengerjakan sesuai dengan
pengertian mereka sendiri. Akibatnya, karyawan tidak memberikan hasil sesuai
target yang ingin dicapai dan karyawan pun menjadi tidak puas dengan hasil dari
pekerjaan bawahannya.
Adrian Gostick dan Chester Elton menyebutkan seorang atasan/
manajer/pemimpin itu memerlukan kemampuan komunikasi yang baik. Salah satu
kemampuan komunikasi seorang atasan/manajer/pemimpin itu adalah kemampuan untuk
menyampaikan sebuah target kepada tim kerja mereka, bagaimana untuk mencapai
target dan secara spesifik menceritakan detail langkah-langkah mencapai target
sampai mencapai hasilnya.
Sebagai atasan baiknya menggunakan kemampuan komunikasi yang
jelas. Menyampaikan sebuah perintah denga jelas. Bukan hanya sebuah perintah
untuk dikerjakan, tapi secara spesifik bagaimana harus dikerjakan, berapa lama
dikerjakan, hasil seperti apa yang ditargetkan dan diharapkan. Karyawan pun
baik untuk tidak diam saat menerima sebuah tugas. Bertanyalah jika perintah itu
belum jelas dan sepesifik. Mintalah penjelasan yang jelas dan rinci, hasil
seperti apa yang diharapkan dan kapan harus diserahkan hasilnya.
SOCIALIZE IT →