Friday 18 September 2015

Bersama tapi Tak Searah : (Bagaimana) Perintah dan Hasilnya?

Posted By: rentoka - 02:23


“All assignment are eventually delegated to the person who understands them the least
Dogbert’s Theory”

Sebagai atasan seringkali memberikan sebuah tugas kepada bawahan untuk diselesaikan. Meminta bantuan bawahan menyelesaikan data-data yang kita butuhkan untuk dilaporkan dalam meeting besar. Tak jarang pula, sebagai atasan menyerahkan sebuah pelaksanaan program kerja kepada bawahan yang dikemas sebagai proyek selama beberapa bulan. Namun, menerima hasil yang tidak sesuai harapan. Mereka menerima hasil yang tidak sesuai dengan target yang sudah dirancang. Mereka merasa tidak puas dengan hasil yang ditampilkan oleh karyawan anda dalam bentuk laporan.
Sementara, di sisi lain karyawan merasa sudah mengerjakan tugas yang atasan berikan. Mereka telah bekerja keras menyelesaikan tugas itu. Mereka juga rela bekerja lembur dan menghabiskan banyak waktu mereka demi pekerjaan tambahan yang diberikan oleh atasan mereka. Bukan karena mereka mengerjakan, tapi mereka menghabiskan waktu dan tenaga mereka karena mereka bingung bagaimana harus mengerjakan perintah atasan mereka. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam hanya membahas konsep yang belum jelas. Mereka juga mencoba ini itu agar disukai oleh atasan. Mereka sebenarnya bingung bagaimana perintah atasan itu harus dikerjakan. Mereka bingung seperti apa hasil yang diharapkan oleh atasan. Dan mereka juga tidak tahu apa sebenarnya target dari pekerjaan yang mereka terima dan harus dikerjakan segera.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Keduanya benar dan keduanya salah. Sebagai atasan, mereka memberikan tugas tapi tidak jelas. Sama seperti seorang tuan yang meminta pembantunya mendirikan sebuah rumah. Rumah apa yang ingin dibangun? Berapa luas tanah yang harus dibangun di atas tanah tersebut? Rumah berapa lantai yang akan dibangun? Atap apa yang akan digunakan? Masih banyak hal yang belum jelas. Ini membuat arsitektur dan pemborong bangunan tidak bisa mengerjakan pembangunan segera. Mereka bingung harus membangun rumah seperti apa.
Karyawan pun menerima tugas seperti kontraktor pembangunan rumah tersebut. Setelah menerima perintah untuk membangun, tapi begitu banyak yang tidak jelas. Sehingga mereka belum bisa membangun dan masih membutuhkan jawaban atas berbagai pertanyaan yang membuat mereka bingung. Mereka tidak bisa mulai membangun dengan informasi yang belum jelas. Kalaupun mereka mulai membangun, mereka hanya akan membangun sesuai dengan pengertian mereka dan perkiraan mereka sendiri. Bukan sesuai dengan perintah dan target yang diharapkan.
Hubungan atasan dan bawahan pun juga seperti itu. Ketika atasan tidak bisa mengomunikasikan dengan jelas target dari pekerjaan yang mereka delegasikan, karyawan yang menerima tugas hanya akan mengerjakan sesuai dengan pengertian mereka sendiri. Akibatnya, karyawan tidak memberikan hasil sesuai target yang ingin dicapai dan karyawan pun menjadi tidak puas dengan hasil dari pekerjaan bawahannya.
Adrian Gostick dan Chester Elton menyebutkan seorang atasan/ manajer/pemimpin itu memerlukan kemampuan komunikasi yang baik. Salah satu kemampuan komunikasi seorang atasan/manajer/pemimpin itu adalah kemampuan untuk menyampaikan sebuah target kepada tim kerja mereka, bagaimana untuk mencapai target dan secara spesifik menceritakan detail langkah-langkah mencapai target sampai mencapai hasilnya.

Sebagai atasan baiknya menggunakan kemampuan komunikasi yang jelas. Menyampaikan sebuah perintah denga jelas. Bukan hanya sebuah perintah untuk dikerjakan, tapi secara spesifik bagaimana harus dikerjakan, berapa lama dikerjakan, hasil seperti apa yang ditargetkan dan diharapkan. Karyawan pun baik untuk tidak diam saat menerima sebuah tugas. Bertanyalah jika perintah itu belum jelas dan sepesifik. Mintalah penjelasan yang jelas dan rinci, hasil seperti apa yang diharapkan dan kapan harus diserahkan hasilnya.

Copyright © 2015 All Rights Reserved

Blogger Templates Designed by Templatezy